tuk memunculkan sebuah rasa yang telah terkonsep begitu dalam pada sebuah lorong indra. Sentuhan gelora sebuah jiwa yang melekat dalam buaian batin meratapi hitamya gelombang.
Berdiri pada sebuah bongkahan tembok
melihat ranumya sebuah wajah memancarakan sinar dusta yang tersembunyi
Ini bukan lagi sesuatu yang baru terhadap apa yang pernah terjadi. Mungkin setiap orang akan tahu kalau aku memang merasakan sesutu yang indah bila dekat denganmu dan akupun berharap kamu tidak mengingkari hal ini. Apa yang tlah kulakukan slama ini adalah sebuah cara agar selalu dekat dengan kamu. Hari ini, pada saat ku-awal-i sebuah tulisan terbinar sebuah titik cahaya yang keluar dari bayanganmu. Apakah ini isyarat atau hanya sebuah ilusi dari seorang insan yang terpojok atau bahkan sebuah imajinasiyang timbul ketika sebuah kata yang kamu tulis pada pesan pendek yang kamu kirim pada saat itu. Kembali pada bahasa awal " ini bukanlah sesuatu yang baru terhadap apa yang pernah terjadi". Kelihatnaya tak punya makna tapi bagiku kata ini dirangkum dari berbagai rasa dan isian hati yang telah ditumpahkan kedalamnya sehingga membentuk serangkaian kata yang amat berbinar. Ini bukan lagi zaman untuk berdiam diri, tapi adalah zaman dimana tempat untuk menyuarakan setiap isian yang tlah tertanam di hati. 0/8
Tidak-kah kamu pernah mendengar akan cerita tentang sebuah ketulusan? Yang secara rasional-dinamis yang akan terus berkembang hingga mencapai sebuah titik yang terang. Atau akankah bumi berhenti berputar? Ketika semuanya terdengar olehmu atau bahkan bintang-bintang akan berguguran bersamaan dengan gugurnya sebuah hati. Seolah masih berada pada sebuah lorong yang gelap, berujung, entah dimana? Desiran ular yang setiap detik bersiap untuk menerkam sehingga akan melumpuhkan smua rangkaian pada sebuah hati kecil. Jangan pernah berpikir kalau sebuah hati akan mati ketika tuanya telah mati. Masih berada pada lorong yang gelap menanti datangnya sinar untuk menyusup kedalam sehingga ular-kegelapan akan pergi dengan sejuta kebisuan.
Gadisku, Aku adalah seorang makhluk yang ter-lahir dari sebuah cinta
dan aku lahir bukan karena korban cinta. Kisahku berawal ketika aku melihatmu dalam sebuah mimpi yang sedari dulu setia menemani tidurku dalam kehangatan. Sebenarnya ini s'mua tak perlu untuk diungkapkan atau bahkan ditulis tapi bukanlah ragaku yang menentukan melainkan sebuah hati kecil yang terus berbicara. K'lau orang menyatakan dalam rayuanya, kamu bagaikan bulan atau bintang yang bersinar dilangit tapi bagiku kamu adalah sebuah patamorgana yang begitu dekat dalam pandangan namun tidak-kah itu sesuatu yang jauh. Aneh, memang aneh, aku memang seorang makhluk yang aneh,berdiri dari sebuah ke-aneh-an, dan pada akhirnya berlutut untuk sebuah penyambutan dan pengharapan yang begitu dalam. Tidak-kah itu aneh? Aku masih dalam suasana yang gundah dan terus berharap akan dapat merasakan indahnya sebuah patamorgana. Masih terus menanti sebuah patamorgana yang berbalik untuk menemuiku dan memberiku sebuah titik sehingga mimpiku akan terus berlanjut. Gadisku, mungkinkah matamu terus terpejam ketika matahari
tlah leluasa bersinar memberikan cahaya disetiap sudut ruang yang tersembunyi oleh hitamnya gelap? Mungkinkah malam akan terus menjadi sebuah teman dalam mengarungi kesunyian? Mungkinkah kamu membiarkan aku hanyut dan tengelam dalam ke-sia-sia-an terhadap suatu penantian yang tak kunjung datang. Atau kamu harus berlalu seperti hembusan angin dipagi hari di musim kemarau? Gadisku, aku meng-akhiri tulisan ini masih dalam keadaan bermimpi.......
......begitulah, nama ini merupakan sebuah alih bahasa dari bahasa bugis yang berarti tulang ikan. Kata ini di-ispirasikan kedalam sebuah hal yang terpendam dan terus bergejolak untuk menembus ruang waktu dan membuktikan bahwa ada suatu hal tak akan pernah mati walau telah tergilas oleh penghianatan yang amat dalam.