Gadisku, Aku adalah seorang makhluk yang ter-lahir dari sebuah cinta
dan aku lahir bukan karena korban cinta. Kisahku berawal ketika aku melihatmu dalam sebuah mimpi yang sedari dulu setia menemani tidurku dalam kehangatan. Sebenarnya ini s'mua tak perlu untuk diungkapkan atau bahkan ditulis tapi bukanlah ragaku yang menentukan melainkan sebuah hati kecil yang terus berbicara. K'lau orang menyatakan dalam rayuanya, kamu bagaikan bulan atau bintang yang bersinar dilangit tapi bagiku kamu adalah sebuah patamorgana yang begitu dekat dalam pandangan namun tidak-kah itu sesuatu yang jauh. Aneh, memang aneh, aku memang seorang makhluk yang aneh,berdiri dari sebuah ke-aneh-an, dan pada akhirnya berlutut untuk sebuah penyambutan dan pengharapan yang begitu dalam. Tidak-kah itu aneh? Aku masih dalam suasana yang gundah dan terus berharap akan dapat merasakan indahnya sebuah patamorgana. Masih terus menanti sebuah patamorgana yang berbalik untuk menemuiku dan memberiku sebuah titik sehingga mimpiku akan terus berlanjut. Gadisku, mungkinkah matamu terus terpejam ketika matahari
tlah leluasa bersinar memberikan cahaya disetiap sudut ruang yang tersembunyi oleh hitamnya gelap? Mungkinkah malam akan terus menjadi sebuah teman dalam mengarungi kesunyian? Mungkinkah kamu membiarkan aku hanyut dan tengelam dalam ke-sia-sia-an terhadap suatu penantian yang tak kunjung datang. Atau kamu harus berlalu seperti hembusan angin dipagi hari di musim kemarau? Gadisku, aku meng-akhiri tulisan ini masih dalam keadaan bermimpi.......
......begitulah, nama ini merupakan sebuah alih bahasa dari bahasa bugis yang berarti tulang ikan. Kata ini di-ispirasikan kedalam sebuah hal yang terpendam dan terus bergejolak untuk menembus ruang waktu dan membuktikan bahwa ada suatu hal tak akan pernah mati walau telah tergilas oleh penghianatan yang amat dalam.